07 April 2009

Adab Tidur


Kitab Kesopanan Tidur
Adab-adab Kesopanan Tidur Dan Berbaring
811. Dari al-Bara' bin 'Azib radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila menempatkan diri pada tempat tidurnya, maka beliau tidur atas belahan tubuhnya yang sebelah kanan, lalu mengucapkan - yang artinya:
"Ya Allah, saya menyerahkan jiwaku padaMu, saya hadapkan wajahku padaMu, saya aturkan urusanku padaMu, saya tempatkan punggungku padaMu. Demikian itu adalah karena kecintaan serta ketakutanku padaMu. Tiada tempat berdiam dan tiada pula tempat menyelamatkan diri daripadaMu, melainkan kepadaMu. Saya beriman kepada kitab yang Engkau turunkan serta kepada Nabi yang Engkau utus."

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dengan lafaz ini dalam kitab al-Adab dari kitab shahihnya.
812. Dari al-Bara' bin 'Azib r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepadaku:
"jikalau engkau mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhu'-lah dulu sebagaimana wudhu'mu untuk bersembahyang, kemudian berbaringiah pada belahan tubuhmu sebelah kanan dan ucapkan sebagaimana di atas-yakni yang meriwayatkan Hadis ini menyebutkan seperti yang tertera dalam Hadis 811 - dan di situ ditambah: Beliau s.a.w. bersabda: "Jadikanlah ucapan di atas itu sebagai kalimat-kalimat yang terakhir sekali engkau ucapkan -sebelum tidur itu." (Muttafaq 'alaih)
813. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Nabi s.a.w. itu bersembahyang dari sebagian waktu malam sebanyak sebelas rakaat. Kemudian
apabila fajar telah menyingsing, beliau s.a.w. bersembahyang dua rakaat yang ringan sekali, kemudian beliau berbaring atas belahan tubuhnya yang sebelah kanan, sehingga juru azan .datang lalu ia memberitahukan pada beliau - tentang sudah berkumpulnya para manusia yang hendak bersembahyang subuh dengan berjamaah." (Muttafaq 'alaih)
814. Dari Hudzaifah r.a., katanya: "Nabi s.a.w. itu apabila mengambil tempat tidurnya di waktu malam, beliau meletakkan tangannya di bawah pipinya lalu mengucapkan - yang artinya: "Ya Allah, dengan namaMulah saya mati dan hidup," dan apabila beliau bangun, lalu mengucapkan - yang artinya: "Segenap puji bagi Allah yang memberikan kehidupan kepada kita sesudah mematikan kita dan kepadaNya tempat kembali." (Riwayat Bukhari)
815. Dari Ya'isy bin Tikhfah al-Ghifari radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ayahku berkata: Pada suatu ketika saya berbaring dalam masjid atas perutku, tiba-tiba ada seorang lelaki yang menggerak-gerakkan saya dengan kakinya, lalu berkata: "Sesungguhnya cara tidur yang sedemikian ini adalah cara berbaring yang dibenci oleh Allah."
Ayahku berkata: "Kemudian saya melihat orang itu, tiba-tiba ia adalah Rasulullah s.a.w."
Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
816. Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah s.a.w., katanya: "Barangsiapa yang duduk di suatu tempat duduk dan ia tidak berzikir kepada Allah Ta'ala dalam duduknya itu, maka atas orang itu ada kekurangan dari Allah dan barangsiapa yang berbaring di suatu tempat pembaringan dan ia tidak berzikir kepada Allah Ta'ala dalam berbaringnya itu, maka atas orang itu ada kekurangan dari Allah."
Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad hasan.
Attirah dengan kasrahnya (a' mutsannat di atas, artinya ialah kekurangan, ada yang mengatakan tuntutan karena penganiayaan.
.

Sunnahnya Bersikap Sedang — Sederhana

Sunnahnya Bersikap Sedang — Sederhana — Dalam
Pakaian Dan jangan Merasa Cukup Dengan Apa Yang Menyebabkan Celanya Yang Tidak Ada Kepentingan Atau Tidak Ada Tujuan Syara' Untuk Itu

Dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari nenek lelakinya r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya Allah itu mencintai kalau melihat bekas ke-nikmatanNya atas hambaNya itu," dengan jalan menunjukkan keindahan dan kesempurnaannya dalam berpakaian, makan, berumahtangga dan Iain-Iain.
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

tafsir jalalain q.s. al-baqarah ayat 23-25


(Sekiranya kamu merasa ragu) atau bimbang (tentang apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami) maksudnya tentang Alquran yang Kami wahyukan kepada Muhammad, bahwa itu benar-benar dari Allah, (maka buatlah sebuah surah yang sebanding dengannya) dengan surah yang diwahyukan itu. 'Min mitslihi', min yang berarti dari, maksudnya di sini ialah untuk menjadi keterangan atau penjelasan, hingga artinya ialah yang sebanding dengannya, baik dalam kedalaman makna maupun dalam keindahan susunan kata serta pemberitaan tentang hal-hal gaib dan sebagainya. Yang dimaksud dengan 'surah' ialah suatu penggal perkataan yang mempunyai permulaan kesudahan dan sekurang-kurangnya terdiri dari tiga ayat. (Dan ajaklah saksi-saksimu) maksudnya tuhan-tuhanmu yang kamu sembah itu (selain dari Allah) untuk menjadi penolong-penolongmu, (jika kamu orang-orang yang benar) bahwa Alquran itu hanyalah buatan dan ucapan Muhammad belaka, maka cobalah lakukan demikian, bukankah kamu orang-orang yang berlidah fasih seperti Muhammad pula?

Tatkala mereka tidak mampu memenuhi permintaan itu, maka Allah swt. berfirman, (Dan jika kamu tidak dapat melakukan) apa yang disebutkan itu disebabkan kelemahan dan ketidakmampuanmu (dan kamu pasti tidak akan dapat melakukannya) demikian itu untuk selama-lamanya disebabkan terhalang mukjizat Alquran itu, (maka jagalah dirimu dari neraka) dengan jalan beriman kepada Allah dan meyakini bahwa Alquran itu bukanlah ucapan manusia (yang kayu apinya terdiri dari manusia), yakni orang-orang kafir (dan batu), misalnya yang dipakai untuk membuat patung-patung atau berhala-berhala mereka. Maksudnya api neraka itu amat panas dan tambah menyala dengan bahan bakar manusia dan batu jadi bukan seperti api dunia yang hanya dapat dinyalakan dengan kayu bakar atau yang lainnya (yang disediakan bagi orang-orang kafir) sebagai alat untuk menyiksa mereka. Kalimat belakang ini dapat menjadi kalimat baru atau menunjukkan keadaan yang lazim.

(Dan sampaikanlah berita gembira) kabarkanlah (kepada orang-orang yang beriman) yang membenarkan Allah (dan mengerjakan kebaikan), baik yang fardu atau yang sunah (bahwa bagi mereka disediakan surga-surga), yaitu taman-taman yang ada pepohonan dan tempat-tempat kediaman (yang mengalir di bawahnya) maksudnya di bawah kayu-kayuan dan mahligai-mahligainya (sungai-sungai) maksudnya air yang berada di sungai-sungai itu, karena sungai artinya ialah galian tempat mengalirnya air, sebab airlah yang telah menggali atau menjadikannya 'nahr' dan menisbatkan 'mengalir' pada selokan disebut 'majaz' atau simbolisme. (Setiap mereka diberi rezeki di dalam surga itu) maksudnya diberi makanan (berupa buah-buahan, mereka mengatakan, "Inilah yang pernah) maksudnya seperti inilah yang pernah (diberikan kepada kami dulu"), yakni sebelum masuk surga, karena buah-buahan itu seperti itu pula ciri masing-masingnya, hampir serupa. (Mereka disuguhi) atau dipetikkan buah itu (dalam keadaan serupa), yakni warnanya tetapi berbeda rasanya, (dan diberi istri-istri) berupa wanita-wanita cantik dan selainnya, (yang suci) suci dari haid dan dari kotoran lainnya, (dan mereka kekal di dalamnya) untuk selama-lamanya, hingga mereka tak pernah fana dan tidak pula dikeluarkan dari dalamnya.